Langsung ke konten utama

Yuks, Rame-Rame Membakar Warung Kopi di Aceh!


Miris. 
Inilah kata yang cocok untuk mengambarkan warung kopi di Banda Aceh hari ini. 

Nasib warung kopi Banda Aceh kini terus menjadi sasaran tembak para punggawa negeri rencong. Mulai dari pemimpin paling atas sampai seorang yang berkecimpung di dunia pendidikan ikut menyalahkan si warung kopi. 
Warung kopi Banda Aceh, sekali waktu ia dipuja puji bak dewi surgawi. Yang menawarkan pajak kepada pemimpin negeri, yang mengukuhkan Aceh sebagai negeri 1001 warung kopi. Yang mengejewantahkan Aceh sebagai salah satu daerah penghasil kopi terbaik di dunia. Iya dunia! 

Di sisi lain, warung kopi di Aceh (Banda Aceh khususnya) adalah asbab hampir segala hal yang menyebabkan kemunduran di Aceh. Orang Aceh malas, yang salah warung kopi. Orang Aceh tidak meramaikan masjid yang salah warung kopi. Wanita yang masih diluar rumah di malam gelap, yang salah warung kopi. 

Mahasiswa tidak siap skripsi, malah dituduh sedang membuat bom Atom di warung kopi. Kinerja pemerintah menurun, yang salah warung kopi. Korupsi muncul di Aceh yang salah warung kopi. Mungkin, besok, para calon walikota dan calon gubernur di Aceh tidak terpilih dan tidak menang, yang salah juga warung kopi! ( satu paragraph ini saja ada 7 kata warung kopi yang di vonis salah, apam

****

Dulu, sewaktu saya masih kanak-kanak, warung kopi menjadi hal tabu bagi seorang wanita. (saya masih pria belum wanita, tabu, karena ibu saya tak boleh ke warung kopi). Jadi, Ayah saya, sering menceritakan kalau ia sering memudahkan hampir segala urusan kesehariannya dengan meminta bantuan dari teman disekelingnya. 

“Yah, kok rame kali kawan ayah? Yang bikin vespa ayah kok nggak minta uang, yah?” Tanya si yudi kecil kala itu.

“Nanti, kalau udah besar, jangan pilih-pilih kawan. Pagi-pagi, kalau suka duduk di warung kopi, janga lupa traktir kawan yang duduk semeja. Sesekali saja.” Dan lihatlah perubahannya dalam satu minggu. (maaf bukan iklan make-up istrinya artis dari Aceh Pidie Jaya ya)

Yups, inilah salah satu trik Politik Warung Kopi Aceh yang sudah saya pelajari semenjak saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Tetiba saya ingat lagu bang Iwan, anak sekecil itu berkelahi dengan waktu. Belajar politik sampai lupa minum kopi.. hayyah.. Secara tidak langsung, pelajaran yang bisa saya tangkap adalah, siapa yang bisa menguasai warung kopi di Aceh, maka dia bisa menguasai Aceh! 

Alasannya sederhana, ada basis massa di sana, ada orang-orang "fanatic" di sana. Dari teungku imum sampai maling bisa duduk satu meja tanpa ada strata kelas kealiman. Pun begitu dari penjahat sampai penjabat. Mereka duduk bersama satu meja, sampai saya sulit membedakan antara penjabat public mana yang pencuri uang public. #eh. Tapi itu salah satu poinnya, dan saya harap anda paham dengan maksud saya. 



Lantas menyalahkan warung kopi karena anda kalah perang di pilkada? Situ ada orang dalam di KPU dan kotak Amal Masjid? 

*****

Suatu ketika, saya diundang oleh kakak ipar untuk ikut pelatihan parenting di istana nagari di Banda Aceh. Tempat dan waktu saya rahasiakan demi mengamankan identitas si motivator. Dalam parenting itu diceritakan bahwa, salah satu kesalahan orang tua hari ini adalah membela anaknya atas kesalahan si anak ketika si anak bermain dan menabrak meja. Anak yang berlari-larian satu rumah, lalu nabrak meja, maka si meja yang salah. Ini aneh, meja yang tidak punya otak dan mata malah jadi terdakwa atas seorang anak manusia yang punya mata dan hati (plus otak). 

Kebiasaan ini ternyata tidak baik bagi si anak. Kelak, ketika dia dewasa, maka dia akan menjadi orang yang tidak mau bertanggung jawab atau suka melemparkan tanggung jawab atas kesalahannya. Mirip-mirip dengan istilah yang sering saya gunakan. Menembak nyamuk dengan meriam. 

Dan, ini juga salah satu yang dilakukan oleh para punggawa di Aceh. Kinerja pemerintahannya turun, yang salah warung kopi. Bukankah seharusnya yang salah adalah ketidak-tegasan sang pemimpin yang mengambil amanah bersedia memimpin Aceh (atau Banda Aceh?) kenapa warung kopi jadi sasaran tembaknya? 

mahasiswa, pengusahan, dan dosen duduk satu meja di warung kopi aceh
Mahasiswa tak kelar skipsi, lalu dituduh membuat bom atom di warung kopi. Lagi-lagi nyamuk sebiji di urung bari –bari. Eh, di tembak dengan meriam water cannon. Nyamuk tak mati, basah iya. Coba sama-sama duduk di warung kopi lalu dengarlah curhat mahasiswa/i anda. Jangan-jangan mereka sedang depresi dan berencana ingin membunuh dosen walinya, Karena menyulitkan dia ikutan skripsi. #eh. Maksudnya, dengarlah keluhan mereka. Kadang mereka memang punya masalah yang harus anda berikan solusi bukan puisi kematian!

Kalau sudah begitu, salah siapa? Salah warung kopi, lagi?

***** 

Aceh itu, berlandaskan Islam sejak ribuan tahun lalu. Jadi, memisahkan islam dari Aceh atau Aceh dari islam adalah hal yang “fatal”. Dalam Islam, wajib hukumnya mengikuti perintah amirul alias pemimpin yang memimpin diantara kita. Maka, bisa jadi, banyaknya mahasiswa yang duduk di warung kopi, karena pemimpinnya (pengajar) juga sering duduk di warung kopi. Walaupun tidak di warkop yang sama. Bisa jadi juga, penyebab banyaknya pegawai yang suka nongkrong di warung kopi karena pemimpinnya juga suka duduk di warkop. #nuduh? Tidak.. berikut dibawah ini ayat Alquran yang menjelaskan ocehan saya. 

Dalam al Quran, yang saya copy paste dari google (bentar lagi jadi teungku google), saya juga ingin mengatakan bahwa, Setiap pemimpin itu terpilih, dipilih, sesuai dengan rakyatnya. 

“Dan demikianlah Kami jadikan sebahagian orang-orang yang zalim itu menjadi teman bagi sebahagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan.” (QS. Al An’am [6] : 129)

Sesungguhnya di antara hikmah Allah Ta’ala dalam keputusan-Nya memilih para raja, pemimpin dan pelindung umat manusia adalah sama dengan amalan rakyatnya bahkan perbuatan rakyat seakan-akan adalah cerminan dari pemimpin dan penguasa mereka. Jika rakyat lurus, maka akan lurus juga penguasa mereka. Jika rakyat adil, maka akan adil pula penguasa mereka.

Namun, jika rakyat berbuat zholim, maka penguasa mereka akan ikut berbuat zholim. Jika tampak tindak penipuan di tengah-tengah rakyat, maka demikian pula hal ini akan terjadi pada pemimpin mereka. Jika rakyat menolak hak-hak Allah dan enggan memenuhinya, maka para pemimpin juga enggan melaksanakan hak-hak rakyat dan enggan menerapkannya. 

Jika dalam muamalah rakyat mengambil sesuatu dari orang-orang lemah, maka pemimpin mereka akan mengambil hak yang bukan haknya dari rakyatnya serta akan membebani mereka dengan tugas yang berat. Setiap yang rakyat ambil dari orang-orang lemah maka akan diambil pula oleh pemimpin mereka dari mereka dengan paksaan.

Dengan demikian setiap amal perbuatan rakyat akan tercermin pada amalan penguasa mereka. Berdasarkah hikmah Allah, seorang pemimpin yang jahat dan keji hanyalah diangkat sebagaimana keadaan rakyatnya. Ketika masa-masa awal Islam merupakan masa terbaik, maka demikian pula pemimpin pada saat itu. Ketika rakyat mulai rusak, maka pemimpin mereka juga akan ikut rusak. 

Dengan demikian berdasarkan hikmah Allah, apabila pada zaman kita ini dipimpin oleh pemimpin seperti Mu’awiyah, Umar bin Abdul Azis, apalagi dipimpin oleh Abu Bakar dan Umar, maka tentu pemimpin kita itu sesuai dengan keadaan kita. Begitu pula pemimpin orang-orang sebelum kita tersebut akan sesuai dengan kondisi rakyat pada saat itu. Masing-masing dari kedua hal tersebut merupakan konsekuensi dan tuntunan hikmah Allah Ta’ala. (Lihat Miftah Daaris Sa’adah, 2/177-178)

*****

Jadi, sudah jelas bukan? Menyalahkan warung kopi dan penghuni warung kopi adalah sebuah hal yang masih kurang santun. Yang perlu diperbaiki adalah sifat para pemimpin kita yang sedikit latah dalam memberikan statement. Jadilah sedikit bijak dalam menggunakan kata perkata. 

Bukankah lebih bijak ketika menggunakan bahasa santun seperti: 
“ada baiknya, bila memungkinkan, luangkan waktu lebih banyak di masjid dibandingkan di warung kopi” Atau 

“wahai mahasiswa/i saya, bila kalian suka duduk di warung kopi, manfaatkanlah waktu dengan baik. Misalnya membangun networking yang akan berguna untuk kalian kelak”
yuks ngopi dulu, biar jangan gila. Buk, Pak? 
Indah bukan? Tidak perlu menyalahkan warung kopi yang memang sudah tidak punya mata dan otak, kan?

&&&

Komentar

  1. Ide-ide segar lahir dari bincang-bincang di warung kopi.. ide segar yang bermanfaat bagi pendidikan, pariwisata (seperti Rio de Jaksiuroe dan English Lovers Citizen) yang bahkan tidak ada perhatian dari pemerintah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah ternyata si rio lahirnya di warkop.. kereeen!

      Hapus
  2. Wah! Tulisan yang keren nih. Gue baru pertama kali maen kesini deh. Hehe

    Untuk warung kopi ya, memang ada positif dan negatif. Tapi klo menyalahkan warung kopi dari segala masalah menurut gue itu salah besar. Menurut gue itu dari pribadi masing2. Sama hal nya pokemon go yg lagi booming ada positif dan negatif. Tapi itu juga bergantung pribadi masing2.

    BalasHapus
    Balasan
    1. gw setuju bang.. intinya jangan salahin orang lain klo sebenarnya kita sendiri nggak bisa nyalahin diri sendiri ya?

      #gwNgomongApasih :))

      Hapus
  3. Sebenarnya tergantung pribadi orang masing-masing. Ada tidaknya warung kopi klw mmg baik ya baik org nya, klw tdk ya tdk. Sayang si warung kopi disalahkan terus. Hehee

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ustad, Pesan Yang Cantik Satu!

ilustrasi dari  rantsofamuslima.blogspot.co.id Ini hanya fiktif belaka. Di angkat dari joke keseharian mereka yang berkecimpung dalam dakwah. (padahal semua manusia tugas wajibnya adalah dakwah kan? Kenapa pula harus aku tuliskan “berkecimpung” ya? Duh, jadi pusing sendiri nih menjelaskannya) Suatu ketika di pelataran mesjid. Seorang pemuda yang berumur cukup duduk dengan serius bersama ustadnya. Percakapan yang dibicarakan juga perihal yang serius. Seserius duduknya mereka berdua. Mereka membicarakan perihal masa depan. Kehidupan masa depan. Cita-cita masa depan. Keindahan sampai dengan masa depan. Ah, apa pula itu?!

Istrimu itu [Bukan] Pembantu

source : google.com Masak-Masak Sendiri Makan-Makan Sendiri Cuci Baju Sendiri Tidurku Sendiri Tanganku terus memainkan centong diatas penggorengan. Dengan mulut terus mengeluarkan suara sumbang yang sungguh sangat keterlaluan. Hari masih sore, tapi perut sudah lapar. Apalah daya, ibu mengatakan, tidak ada jatah tambahan bagi perut-perut yang terbuat dari karet. Hayyah..teganya dikau bu, pada anakmu yang cakep pun tidak, hancur pun tidak. 

[Catatan Seorang Suami) Dia, Istriku

Malam ini, aku tertegun sejenak. Bukan bermaksud ingin pamer, ataupun kemaruk atau apapun namanya. Aku melukiskan wanita ini, sebagai sebuah inspirasi baru. Setelah begitu lama inspirasiku menghilang. Maaf kawan, aku tak bermaksud memujanya bak wanita yang tercantik didunia. Aku juga tak mengatakan bahwa dia adalah wanita yang paling indah didunia. Karena, dia adalah wanita biasa yang besar di kampung.