Langsung ke konten utama

Timses Please Deh, Jangan Lebay…! #PilkadaAceh

Sedari seminggu ini, cerita perpolitikan di Aceh semakin menggeliat bak Ulat Panah. Panah tak menentu, dingin tak jelas. Bergeliat seperti hendak menahan birahi yang sudah sampai di ubun-ubun tapi nyangkut karena “caps Lock” #halah.

Tenang, saya tak ingin menjadi “jonru” ala Aceh. sudah ada bang Muhadzir Maop dan bang Taufik Al-mubarak. Mereka lebih berkompeten untuk jadi juru rundung semua kebaperan yang terjadi di tengah era politik Aceh hari ini.

Apa yang telah terjadi?
Saya sampai bingung lantas angkat salute, ketika dua orang pemimpin incumbent di Aceh disandingkan dengan pelaku sejarah yang luar biasa hebatnya! Iya, serius! Ada yang mantan panglima, tetiba, disandingkan sama seperti Pahlawan Hebat dalam era sejarah kesultanan Islam, Sultan Shalahuddin Al Ayubi, dan Sultan Muhammad Alfatih. Masya Allah.. niat baik si penyebar gambar ini luar biasa mulia hatinya. Lalu apa yang membuat sang panglima disamakan dengan posisi hebat dua orang tersebut?

Karena dia dianggap berhasil mengembalikan Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh ke tangan para jamaah Aswaja. (Bold, Underline, Italic, Caps Lock! Klo perlu pasang Meme). Sepertinya yang bikin hal begini, memang beneran kurang baca buku dan kurang piknik! Mana orang Aceh pula lagi, bikin malu saja. Cus ke pulau banyak sana! Atau ntar ikutan saja sama saya. Kita piknik-an ala-ala artis cantik dari Jakarta yang jalan-jalan ke pulau, terus menjerit-jerit manja di pinggir tepian pantai.

Salahuddin Al ayubi, itu bukan penipu, bukan pembohong, bukan orang yang tak paham letak dasar agama, Beliau adalah pembebas negeri palestina dari tangan pejuang kafir yang terus menerus mengingkar janji. Ingat, pointnya, Dari tangan kafir ke tangan muslim. Dan adik kandungnya menjadi korban yang ikut meninggal. Lah panglima anda? 1 juta per-KK saja masih bingung hari ini mau nyari di mana. Belum lagi masalah yang lainnya.

Sultan Muhammad Al fatih, Penakluk konstantinopel. Membangun sebuah Negara adidaya yang maha hebat dimasanya! Berjuang tanpa henti dengan kepintaran dan kealimannya yang luar biasa. Yang dikalahkan itu adalah Kekaisaran Romawi Timur! Kamu tahu seberapa mengerikan melawan romawi kala itu?

Lalu, kalian bilang Mantan Panglima kalian layak di pilih jadi gubernur karena berhasil bawa masjid raya baiturrahman ke tangan aswaja? Memangnya sebelumnya itu masjid di tangan orang kafir? Memangnya selama ini, sejak dibangun sampai dibakar lalu dibangun lagi, itu masjid di tangan kafir? Aceh ditangan kafir? Aceh sudah merdeka belum seperti yang dahulu kalian ributkan?

Ah sudahlah, masih lebaran dan saya sudah nyinyir tak terkira. Ini efek nahan nafsu dan efek nggak ada warung kopi arabika yang buka bro..

Lanjut satu lagi,
Seorang Pemimpin kota, disandingkan seperti seorang ratu pertama dari kesultanan Aceh, Ratu Safiatuddin, Anak perempuan dari sultan Iskandar Muda. Anehnya di mana? Sang penulis mengatakan kalau Ratu ini naik karena hal yang seolah diserupai dengan keadaan sang Bunda incumbent hari ini. Alamak…

Memang, kala beliau hendak diangkat menjadi sultan Aceh kala itu, ada banyak keributan. Tapi hal itu karena harus dilakukan dan Seorang ULAMA Besar Aceh saat itu, Nurudin Ar-Raniri berhasil menengahi keadaan. Bila tidak naik sang ratu, maka kerajaan Aceh akan hancur karena saat itu terjadi pergelokan yang cukup berat di ranah istana. (mohon baca saja buku sejarah Aceh, sebelum ngomong ya bang bro..)

Di masa Beliau juga, Sultanah Safiatuddin memerintah selama 35 tahun, dan membentuk barisan perempuan pengawal istana yang turut berperang dalam Perang Malaka tahun 1639. Ia juga meneruskan tradisi pemberian tanah kepada pahlawan-pahlawan perang sebagai hadiah dari kerajaan.

Kerajaan Aceh kembali aman masa beliau, dengan penasehatnya adalah seorang ALIM ULAMA!

Lalu, jaman incumbent kota hari ini? Maaf, urusan air untuk junub saja susah dipenuhi. Belum lagi, ketika agama dipolitisisasi, ketika komunitas yang tadinya dikejar karena melanggar syariat lalu tetiba bisa diterima lagi. (udah tobat mungkin..) belum lagi, belum lagi.. ah sudahlah…

Satu hal yang pasti, kelatahan dan kehebohan pilkada Aceh nantinya, jangan sampai membuat kalian yang cerdik pandai terlihat begitu kurang piknik. Ya seperti saya ini, nyinyir nggak jelas di pagi jumat. Bukannya nyapu masjid sana..

Berpikirlah lebih cerdas. Bermain politiklah lebih cantik. Dan WARAS! Jangan menggila sebelum waktunya. Jangan samakan perjuangan masa lalu yang lebih besar dengan perjuangan individu ala partai . carilah pemimpin, yang lebih masuk AKAL!

Lalu, sekarang? Kalian yang sibuk dengan menjadi TIMSES atau partisipan, atau simpatisan, menggila boleh saja, tapi, ada baiknya kalian berpiknik dan keliling Aceh? mau? Yuks..Kita ke Pulau Breuh

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Siapa bilang jadi Blogger itu Enak?

Siapa Bilang Ngeblog itu Gampang? “Wah..abang enak blogger.. kemana-mana bisa pergi kapanpun.” “abang enak, blogger, bisa kerja suka hati” Intinya tuh, enak, enak, dan enak. Begitulah persepsi orang ketika saya mengenalkan diri sebagai salah satu dari ribuan blogger keren di Aceh. Sebenarnya, apa yang terlihat enak tidaklah se-enak yang dibayangkan. Dunia ngeblog ini sudah saya tinggalkan bersamaan dengan padamnya Multiply. Iya, saya termasuk blogger yang susah move on dari satu blog ke blog lainnya. Tapi beda ketika menyangkut move on perihal hati #krik..krik..krik.. Awal tahun ini, saya kembali mencoba menyalurkan hobi menulis yang “nggak banget”. Kenapa saya katakan demikian? Karena saya ini tidak pernah bisa mengerti perihal EYD. Saya sebenarnya punya dilemma ketika menempatkan awalan “di”. Mana yang disambung, mana yang dipisah, saya bingung. Percayalah, saya tidak bohong kali ini. Karena ini menyangkut harkat dan martabat saya. #halah…

Ustad, Pesan Yang Cantik Satu!

ilustrasi dari  rantsofamuslima.blogspot.co.id Ini hanya fiktif belaka. Di angkat dari joke keseharian mereka yang berkecimpung dalam dakwah. (padahal semua manusia tugas wajibnya adalah dakwah kan? Kenapa pula harus aku tuliskan “berkecimpung” ya? Duh, jadi pusing sendiri nih menjelaskannya) Suatu ketika di pelataran mesjid. Seorang pemuda yang berumur cukup duduk dengan serius bersama ustadnya. Percakapan yang dibicarakan juga perihal yang serius. Seserius duduknya mereka berdua. Mereka membicarakan perihal masa depan. Kehidupan masa depan. Cita-cita masa depan. Keindahan sampai dengan masa depan. Ah, apa pula itu?!

Ketika Aku Harus Menikah (Lagi)

adat kasih cincin kepada mempelai wanita Berbilang tahun sudah, pernikahan yang syahdu ini berjalan layaknya sebuah biduk yang mengarungi perairan Banda . Naik turun, goyang-goyang, dan tak jarang ditemani oleh lumba-lumba yang menari. Anak sudah dua. Sepasang pula. Dari yang ganteng sampai yang cantik. Lengkap sudah. Seawal perkenalan dulu, tak ada ungkapan cinta nan romantis yang berkelebat dari surat-surat kertas yang bau harum. Tak ada. Hanya ungkapan sederhana, m aukah engkau menjadi kekasihku kelak?  dan berapa maharnya? (teteup..) Singkat cerita, dia mengajukan sebuah pertanyaan klasik. “Bagaimana menurut abang poligami itu? Ada niat kah?”