Langsung ke konten utama

Siapa bilang jadi Blogger itu Enak?

Siapa Bilang Ngeblog itu Gampang?
“Wah..abang enak blogger.. kemana-mana bisa pergi kapanpun.”
“abang enak, blogger, bisa kerja suka hati”
Intinya tuh, enak, enak, dan enak. Begitulah persepsi orang ketika saya mengenalkan diri sebagai salah satu dari ribuan blogger keren di Aceh. Sebenarnya, apa yang terlihat enak tidaklah se-enak yang dibayangkan. Dunia ngeblog ini sudah saya tinggalkan bersamaan dengan padamnya Multiply. Iya, saya termasuk blogger yang susah move on dari satu blog ke blog lainnya. Tapi beda ketika menyangkut move on perihal hati #krik..krik..krik..

Awal tahun ini, saya kembali mencoba menyalurkan hobi menulis yang “nggak banget”. Kenapa saya katakan demikian? Karena saya ini tidak pernah bisa mengerti perihal EYD. Saya sebenarnya punya dilemma ketika menempatkan awalan “di”. Mana yang disambung, mana yang dipisah, saya bingung. Percayalah, saya tidak bohong kali ini. Karena ini menyangkut harkat dan martabat saya. #halah…

Balik ke judul, enak nggak jadi blogger? Sebelum saya menjelaskannya, ijinkan saya memohon maaf kepada seluruh blogger keren se-Indonesia raya. Karena sudah berani menuliskan hal ini. Padahal, saya ini hanyalah blogger yang nggak paham perblog-an. Serius, saya juga tidak bohong. Saya tidak mengerti perihal SEO, Google Adsense, Domain Authority, dan lainnya.

Betapa menjadi blogger itu sebenarnya adalah sebuah bencana terbesar dalam hidup saya. Bagaimana tidak? Memutuskan menulis segala hal tentang Banda Aceh dan sekitarnya, sungguh sangat menyita waktu. Belum lagi ketika harus mengejar jam tanyang. Masih yakin mau bilang jadi blogger itu enak?

Akan saya ceritakan sedikit pengalaman saya selama 9 bulan menjadi blogger di www.hikayatbanda.com #iklan. Awal mula kembali menjadi blogger ketika seorang teman menawari saya sebuah orderan tulisan genre wisata Banda Aceh. saya langsung tertarik ketika itu. Tanpa pikir panjang, bak seorang penulis professional, saya menanyakan beberapa persyaratan dan berapa biaya kompensasi yang akan diterima.

“Yud, 6000 karakter minimal, 8000 maksimal ya untuk artikelnya lengkap dengan foto asli” wah mudah nih, pikir saya kala itu. Tanpa banyak bacot, mulailah saya mengerjakan tulisan tersebut. Baru 1000 kata, saya berhenti. Lanjut lagi, 1500 kata saya berhenti lagi. Bingung datang, asam lambung kumat. Opname! Waktu berlalu, bulan berjalan.

“Udah kelar Yud?”

“ Baru 1000” saya menjawab singkat dengan menahan perih lambung.

“udah dua bulan loh yud? Masa 6000 karakter aja kamu nggak bisa nulis? Bukannya sekalinya kamu curhat di Multiply dulu bisa panjang sampai 8000 karakter?”

“Ya kan beda, sekarang, nulisnya by order bukan curhat”

“coba kirim ke emailku dulu draft tulisanmu, biar Aku lihat dan Aku bantuin”

Sesaat kemudian, teman di Jakarta mengabariku dengan bahasa yang membuat saya makin terkesan aneh dan bego,

“lah?? Ini kan sudah 6000 karakter Yud?? Mana belum ending lagi ceritanya. Ini untuk Koran loh yud, bukan untuk majalah. Jangan-jangan kamu malah tidak paham bagaimana menghitung karakter dari tulisanmu?”

Sahur bareng Blogger keren di jakarta
“nggak” bayangkan saja muka seorang yang lugu nan polos dari seorang pemuda tampan yang berada dipedalaman Indonesia yang sudah tak mandi berhari-hari dengan alasan tidak ada sabun padahal, sabun mandi yang diberikan itu adalah sabun cair. #krik..krik..

Ya, saya siap terima bully dari kalian semua. Tapi begitulah, di awal, saya tidak tahu bagaimana menghitung karakter tulisan. Nggak enak kan?.

Itu hanya secuil cerita. Belum lagi ketika kamu memutuskan menjadi blogger lalu harus konsisten. Yups, yang paling penting kalau ingin menjadi blogger adalah konsisten! Tidak pandang bulu. Mau laptop atau PC di pake sama anak atau istri, ngeblog tetap harus jalan.

Di sini, titik awal yang sangat berat karena lawannya adalah MOOD. Belum lagi kalau kita ini tipikal mesin bensin. Kencang di awal, melambat belakangan karena sudah panas mesin. Awal ngeblog sanggup posting 1 perhari, di bulan ketiga sudah sebulan sekali.

Lanjut, lagi…
Fokus, menurut saya, jadi blogger itu harus focus. Focus mau ngomongin apa. Mau nulis gado-gado, ya jadikanlah gado-gado itu enak. Sering kali ada yang berbicara travelling lalu tiba-tiba bicara cara mengobati sariawan atau jualan ekstrak kulit manggis. Nyambung sih, tapi tidak focus kan?

salah satu berkah ngeblog saya tahun ini, bisa kembali jalan2 ke Jakarta
Menyediakan waktu untuk jalan-jalan ke blog kawan! Kalau saya boleh jujur, ini adalah yang paling berat saya lakukan. Terutama karena kecepatan jaringan di Aceh sangat terbatas. Tapi, itu harus. Bayangkanlah, saban malam jumat kliwon saya harus gentayangan sampai jam 4 pagi. Kenapa harus malam jumat? Ya karena malam ibadah. Banyak para pasangan sah sedang melakukan rutinitas wajib mereka diatas kasur. Jadi, bisa dipastikan kalau tidak banyak pengguna internet dimalam jumat. #sumpahIniNgawur

Jadi blogger itu, bukanlah sebuah pekerjaan yang disukai oleh calon ibu mertua di Aceh! percaya atau tidak, jangankan ibu mertua, emak sendiripun akan bingung ketika melihat anaknya tiba-tiba mirip dukun yang menjaga lilin dikamar. Atau mirip kelelawar. Siang tidur, malam merayap. Siang puasa, malam hajar baskom. Tetiba hari minggu, sudah jalan-jalan keluar kota, duit darimana?

Sekarang, setelah membaca curahan hati saya ini, yang saya tulis sesingkat-singkatnya, apakah kalian masih berpikir, kalau jadi blogger itu enak?

Di hari Blogger Nasional ini, saya ingin mengatakan, bahwa jadi blogger itu butuh pengorbanan. Seperti bang Cumilebay.com berkoban dengan harus membeli kolor saban minggu. Kalau tidak, dia akan keliatan garing. ( beliau sekarang sudah Alm, Al fatihah, untuknya. semoga senang di sisiNYA)


I`m Miss You Bang :(

Dari mana kalian harus memulainya? Mulailah dari hal yang paling kalian sukai. Dari sana, semuanya akan berjalan dengan sendirinya. Tidak usah pusing dengan SEO, DA, atau sejenisnya. Jadilah diri sendiri. Menulislah karena kalian suka! karena semua ada Harganya!  (ini pesan yang disampaikan bang Cumi kepada saya ketika saya galau minggu lalu)


Selamat Hari Blogger Nasional, Kawan!

Komentar

  1. Setuju bang, jadi blogger itu nggak enak ya... nggak enak ternyata dapet ilmu banyak banget, nggak enak ternyata malah jadi punya banyak temen dari berbagai daerah di Indonesia hehehe :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya sih.. Akhirnya saya juga kenalan ama mbak anggi kan ya? Hihihi

      Hapus
  2. Baiklah, aku akan internetan malam Jumat juga, soalnya aku belom bisa ngapa-ngapain kalo malam Jumat selain yasinan di rumah tetangga. *dibahas*

    Hahaha, aku juga susah move on dari MP. Sayangnya untuk urusan hati aku lebih susah lagi move onnya bang. Hayolah bagi tipsnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wkwkwkwk susah ya kadang2 jadi jomblo?? Orang lain sunahan kita malah yasinan hihihi

      Move on? Masalah hati?? Duuh ini mah gampang. Pas ketemu cewek single dan mukanya membuat om yayan tertarij, tanyain aja.. Kapan bisa dilamar dan dinikahin.. Urusan cinta? Ntar.. Pas udah nikah aja hahaha

      Hapus
  3. Eh, jadi blogger emang enak sih Bang Yud. Cuma buka komputer terus tinggal nulis aja, hahaha. Nggak pake kerja yang nguras tenaga fisik. Yang jadi repot kalau orientasi ngeblognya udah macem-macem, nggak hanya sekedar nulis, hehehe.

    Eh iya, emang pas dulu Multiply mau ditutup itu nggak ada peringatannya toh Bang Yud? Masak sih data-data tulisan di Multiply nggak bisa diekspor jadi bisa diamankan.

    Oiya, buku pelajaran bahasa Indonesia pas sekolah dulu itu lumayan membantu lho Bang Yud untuk urusan tata bahasa. Kalau awalan di yang dipisah atau disambung sih gampang saja membedakannya. Awalan di dipisah kalau diikuti kata tempat/benda. Sedangkan awalan di disambung kalau diikuti kata kerja.

    Terus ngeblog ya Bang Yud. Ditunggu lho kunjunganku berikutnya di Aceh, hehehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wijna..ntar klo ke aceh kabari saya ya.. Ajarin saya mengenai awalan di ya..

      Pas dulu jaman mp mau tutup, saya g bisa ekspansi karena jaringan internet di aceh saat itu masih parah..

      Hapus
  4. loh ada satu lagi blognya ya? Ngeblog itu yang penting nulis aja yang disukai~ masalah nanti dapet reward, nggak usah dipikirin~ yang penting nulis terus :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bang.. Jujur saja, saya juga banyak belajar dan bang fahmi.. Bagaimana memisahkan beberapa hal di blog. Thx ya bang..

      Btw blog ini lebih ke blog curcol bang hehehe

      Hapus
  5. aku mah jd blogger cuma supaya ga lupa ama semua pengalaman kuliner dan traveling yg udh dilakuin mas :D... lah aku jg ga ngerti kok apa itu seo, page rank, ngitung karakter dll yg ngeribetin itu ;p.. Sebodolah, yg ptg nulis intinya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wkwkwkwk sammaa dong kita. Tapi akhir2 ini blogger2 kayak kita ini di jadikan bahan bagi blogger yang pake trik seo sih kak

      Hapus
  6. Abang enak jadi blogger

    #ngeyeljuga

    BalasHapus
  7. wkwkwkwkw..
    alhamdulillah mulai ada berkahnya :D

    BalasHapus
  8. Sy nak menulis lagi Bg yud, supaya ngk lupa

    BalasHapus
  9. Iya bener bang pokoknya yang penting "MULAI AJA DULU" !!

    BalasHapus
  10. Mantap bang.. baru menjalani, jadi baru paham skarang kenapa blogger itu banyak yg matanya bengkak..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ustad, Pesan Yang Cantik Satu!

ilustrasi dari  rantsofamuslima.blogspot.co.id Ini hanya fiktif belaka. Di angkat dari joke keseharian mereka yang berkecimpung dalam dakwah. (padahal semua manusia tugas wajibnya adalah dakwah kan? Kenapa pula harus aku tuliskan “berkecimpung” ya? Duh, jadi pusing sendiri nih menjelaskannya) Suatu ketika di pelataran mesjid. Seorang pemuda yang berumur cukup duduk dengan serius bersama ustadnya. Percakapan yang dibicarakan juga perihal yang serius. Seserius duduknya mereka berdua. Mereka membicarakan perihal masa depan. Kehidupan masa depan. Cita-cita masa depan. Keindahan sampai dengan masa depan. Ah, apa pula itu?!

Ketika Aku Harus Menikah (Lagi)

adat kasih cincin kepada mempelai wanita Berbilang tahun sudah, pernikahan yang syahdu ini berjalan layaknya sebuah biduk yang mengarungi perairan Banda . Naik turun, goyang-goyang, dan tak jarang ditemani oleh lumba-lumba yang menari. Anak sudah dua. Sepasang pula. Dari yang ganteng sampai yang cantik. Lengkap sudah. Seawal perkenalan dulu, tak ada ungkapan cinta nan romantis yang berkelebat dari surat-surat kertas yang bau harum. Tak ada. Hanya ungkapan sederhana, m aukah engkau menjadi kekasihku kelak?  dan berapa maharnya? (teteup..) Singkat cerita, dia mengajukan sebuah pertanyaan klasik. “Bagaimana menurut abang poligami itu? Ada niat kah?”