Langsung ke konten utama

Sebuah keputusan kecil di tengah tangismu


Salam Nak,

Apakabar kalian hari ini? Ayah tahu, mungkin tulisan ini menjadi sebuah tulisan yang berat untuk bisa kalian mengerti. Tapi, ingatlah hal ini baik - baik. Ayah harap, suatu hari nanti kalian akan mengerti.

Sepagi tadi, sesaat ayah ingin pergi kerja. Tangisan abang ziyad membahana seisi rumah. tak lama, bilqis pun ikut menanyakan ayah hendak kemana. Tapi nak, inilah hidup. Setiap saat, dia datang dengan berbagai pilihan. Setiap saat dia akan datang untuk memaksa kita dengan beribu tanya. Yang terkadang, tak pernah ada jawabnya.



Sudah hampir 6 tahun ayah bekerja. Bergonta-ganti dengan berbagai status dan karyawan. Setiap saat ayah memutuskan mencari kerja yang bisa dekat dengan kalian, setiap itu pula ayah harus menghadapi sebuah kenyataan yang jauh dari mimpi manis. Ada waktu luang, tapi uang tak cukup. Ada cukup uang, tapi waktu luang malah minim. 

Terkadang, ayah bermimpi, akankan ayah bisa bekerja di rumah saja. Bersama kalian, abang ziyad dan dedek Bilqis. Setiap saat ayah bisa melihat kalian tertawa, menangis, bermain, dan berguling. Ah.. andaikata semuanya bisa menjadi kenyataan.

Nak, setiap keputusan yang akan kalian ambil, sekecil apapun itu. Dia akan tetap membawa dampak yang besar. Baik itu akan langsung terlihat ataupun akan terlihat beberapa tahun setelahnya. Ayah tak bisa pungkiri, karena hal itu yang kini terjadi. Ada banyak keputusan-keputusan yang ayah anggap kecil, justru hal itulah yang kini mempengaruhi kehidupan kita, nak.

Bilang saja, ketika ayah memutuskan untuk membalas budi dari salah seorang saudara untuk mengurusi Shop-nya.. Padahal, Kala itu ayah sudah menjadi seorang sales sabun colek. Walaupun ayah terkesan “kumuh”, akan tetapi ayah memiliki waktu luang dan dana yang pas-pas-an. Akan tetapi, ayah memutuskan untuk keluar dari kerjaan awal dan membantu sodara kita Nak. 

Lalu, apa yang terjadi? Ternyata semua tanggal di kalender itu tidak ada yang berwarna merahnya. Semuanya hitam. Kecuali minggu. Tak peduli hari raya islam, semuanya hitam. Inilah sebuah keputusan yang membuat ayah menjadi serba salah kepada kalian. Ayah bekerja, terkadang melupakan tujuan awal ayah bekerja.

Ayah sering dalam posisi serba salah. Di satu sisi, ayah takut kalian tidak ada popok. Ayah takut, ketika nantinya kalian tidak bisa menjadi lebih baik dari pada ayah. Ah nak, begitulah orang tua. Mereka suka mengkhawatirkan segala hal. Padahal, Tuhan sudah menjamin hidupnya.

Seperti tangis kalian pagi ini, ayah merasa bahwa keputusan kecil ayah untuk tetap bekerja adalah sebuah keputusan yang serba salah. Di satu sisi, ayah takut, kalau hal itu akan berpengaruh pada tumbuh kembangmu. Di sisi lain, ayah sudah berjanji. Kalau nanti sore, sehabis ayah pulang kerja, kita akan ke taman sari.

Begitulah, ayah harap, suatu hari nanti, kalian bisa mengambil keputusan-keputusan kecil yang lebih baik lagi dari ayah.

Nak, setiap keputusan yang akan kalian ambil, sekecil apapun itu. Dia akan tetap membawa dampak yang besar.

Komentar

  1. Ayah ... aku mau liburan :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. minggu kemarin, kami ke sabang kok om :)

      (thx y om udah mampir ke mari)

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ustad, Pesan Yang Cantik Satu!

ilustrasi dari  rantsofamuslima.blogspot.co.id Ini hanya fiktif belaka. Di angkat dari joke keseharian mereka yang berkecimpung dalam dakwah. (padahal semua manusia tugas wajibnya adalah dakwah kan? Kenapa pula harus aku tuliskan “berkecimpung” ya? Duh, jadi pusing sendiri nih menjelaskannya) Suatu ketika di pelataran mesjid. Seorang pemuda yang berumur cukup duduk dengan serius bersama ustadnya. Percakapan yang dibicarakan juga perihal yang serius. Seserius duduknya mereka berdua. Mereka membicarakan perihal masa depan. Kehidupan masa depan. Cita-cita masa depan. Keindahan sampai dengan masa depan. Ah, apa pula itu?!

Istrimu itu [Bukan] Pembantu

source : google.com Masak-Masak Sendiri Makan-Makan Sendiri Cuci Baju Sendiri Tidurku Sendiri Tanganku terus memainkan centong diatas penggorengan. Dengan mulut terus mengeluarkan suara sumbang yang sungguh sangat keterlaluan. Hari masih sore, tapi perut sudah lapar. Apalah daya, ibu mengatakan, tidak ada jatah tambahan bagi perut-perut yang terbuat dari karet. Hayyah..teganya dikau bu, pada anakmu yang cakep pun tidak, hancur pun tidak. 

[Catatan Seorang Suami) Dia, Istriku

Malam ini, aku tertegun sejenak. Bukan bermaksud ingin pamer, ataupun kemaruk atau apapun namanya. Aku melukiskan wanita ini, sebagai sebuah inspirasi baru. Setelah begitu lama inspirasiku menghilang. Maaf kawan, aku tak bermaksud memujanya bak wanita yang tercantik didunia. Aku juga tak mengatakan bahwa dia adalah wanita yang paling indah didunia. Karena, dia adalah wanita biasa yang besar di kampung.